Selasa, 11 Desember 2012

Gerbang Lebak dan Gerbang Sampah

“Demikian pada malam hari aku keluar melalui pintu gerbang Lebak, ke jurusan mata air Ular Naga dan pintu gerbang Sampah. Aku menyelidiki dengan seksama tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api." ( Nehemia 2 : 13 )

Kedua Pintu Gerbang berikut, Pintu Gerbang Lebak dan Pintu Gerbang Sampah, nampaknya aneh sekali, k
eduanya adalah nama yang banyak orang tidak suka. Tetapi pintu-pintu Gerbang ini sebenarnya merupakan kunci kemenangan yang luar biasa. Kata “Lebak” artinya lembah atau jurang yang sangat dalam yang ada di antara dua gunung. Ini berbicara tentang sesuatu yang berada jauh di bawah sekali. Sedangkan kata “sampah”, jelas tidak ada yang menarik hati. Tetapi pada jaman Nehemia, pembangunan pekerjaan yang besar itu diawali dengan kedua gerbang ini, yaitu ketika Nehemia melewatinya di malam hari. Nehemia sambil bersyafaat melihat keadaan tembok-tembok, maka paling tidak di awalnya ada dua Pintu Gerbang yang harus dia lewati. Yang pertama Pintu Gerbang Lebak dan yang kedua adalah Pintu Gerbang Sampah dan ditengah-tengahnya sangat aneh, ada Mata Air Ular Naga. Kata “Lebak” berasal dari kata yang berarti “kesombongan”. Mengapa Pintu Gerbang ini dibuat? Sebab sebenarnya itu bukanlah Pintu Gerbang kesombongan, tetapi justru symbol dari yang sebaliknya, yaitu : “kerendahhatian”. Kita harus mulai dari situ untuk mencapai sesuatu yang besar. Dr.Edwin Louis Cole berkata: “Your altitude is determined by your attitude”, artinya “ketinggian anda tergantung dari sikap hati anda”. Ini sangat penting, orang yang tidak rendah hati tidak akan pernah bisa apa-apa. Oleh sebab itu, jika kita mengalami proses perendahan, kita harus bersyukur dan menerimanya, kita bisa melewati dan menikmati Gerbang Lebak, maka akan ada roh kerendahhatian yang selalu sadar bahwa semua ini karya TUHAN dan bukan kita, maka kita akan melihat TUHAN itulah yang luar biasa. Yang menarik dari Gerbang Lebak, Nehemia turun ke Mata Air Ular Naga lalu ke Gerbang Sampah. Di jaman itu melalui Gerbang Sampah orang pergi membuang sampah dan alkitab mencatat mengenai sesuatu yang dibuang manusia tetapi diambil oleh TUHAN dan dijadikan sesuatu yang menarik di Yehezkiel 16 : 1 – 14. Gerbang Sampah yang dibuka sebenarnya berbicara tentang belas kasihan yang dianugerahkan TUHAN tanpa menghakimi. Seharusnya kita dapat memandang orang lain dan berkata: “TUHAN, berikan belas kasihan-MU, sebagaimana Engkau juga berbelas kasihan kepadaku”. Yesus sendiri menempatkan diriNYA di tempat sampah. Alkitab berkata: “Batu yang dibuang oleh tukang bangunan telah menjadi Batu Penjuru”, barang buangan itu dibuang di tempat sampah. Tetapi disinilah justru TUHAN mau berkata: “AKU ingin setiap anak-anakKU mengerti bahwa AKU ingin suatu hari mereka rendah hati dan belajar belas kasihan”. Ditengah-tengah antara Pintu Gerbang Lebak dan Sampah ada Mata Air Ular Naga. Tradisi orang Yahudi mengatakan bahwa pernah ada ular naga yang terbunuh di situ. Jika anda ingin membunuh naga, caranya dengan kerendahhatian dan belas kasihan, maka habislah si ular tua itu. Dan ditempat matinya akan muncul mata air yang memberi kehidupan sebab “naga”-nya sudah dibantai habis dan kita menikmati kehidupan dan kelimpahan dari TUHAN.

“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan." ( Lukas 8:15 )

Nehemia pulang ke Yerusalem dengan rencana TUHAN dalam hatinya, tetapi dia belajar menutup mulutnya (Nehemia 2 : 11 – 20). Ini persoalan yang tidak mudah, menyimpan apa yang TUHAN taruh di hati itu bukan perkara yang gampang. Sebab ketika TUHAN memberikan rencana di hatinya, pada kenyataannya dia belum melihat faktanya. Dalam hidup anda, selalu TUHAN punya rencana dan janji. Antara kenyataan dengan alam roh dari janji TUHAN terdapat rongga yang harus dijembatani dan itu bisa menjadi sebuah persoalan. Seringkali kita sudah menerima begitu banyak secara alam roh, tetapi kemudian didalam kenyataan kita melihat hal yang bagi kita sendiri tidak jelas. Menangkap apa yang TUHAN kehendaki itu satu hal, kemudian anda harus menguraikan dan menjabarkannya dalam bentuk yang konkrit sampai selesai, itu hal yang berbeda. Jarak atau rongga antara janji TUHAN dengan fakta di lapangan nanti pada waktu anda melakukan apa yang TUHAN kehendaki itu, harus diwaspadai. Anda harus hati-hati dengan siapa anda utarakan semua yang sudah diterima di dalam hati dari TUHAN. Sebab, pada kenyataanya tidak semua orang bisa mendukung dan menguatkan hati anda. Ada seorang bapak sangat peka dengan suara TUHAN, dan dia mendengar TUHAN berkata kepadanya akan memberkati dia secara berkelimpahan. Dan dia menceritakan kepada keluarganya tetapi tidak berbuat apapun. Suatu ketika dia mendengar TUHAN berbicara lagi bahwa besok akan terjadi devaluasi. Mendengar itu dia sibuk meyakinkan teman-temannya yang tidak percaya padanya, dan terbukti memang terjadi devaluasi tetapi dia dengan bangga berkata bahwa dia benar. Teman-temannya balik bertanya apakah dia sempat membeli dollar ternyata bapak itu tidak beli dan hanya sibuk berbantah-bantahan. Coba pikirkan, apakah TUHAN tidak menepati janji-NYA? Kebodohan kita adalah bicara terlalu banyak. Janji dan rencana TUHAN itu luar biasa, jangan sampai disentuh orang lain. Hal ini seperti menanam sesuatu. Jika anda menanam satu biji di tanah, setiap kali anda bongkar dan tunjukkan kepada orang sambil berkata: ”Nich. Saya menanam biji ini”, anda tentu tahu apa yang akan terjadi dengan biji itu kan. Jadi anda harus menyimpan baik-baik dalam hati apa yang didapatkan dari TUHAN, lalu bertanya kepada Roh Kudus apa yang harus dilakukan selanjutnya. Perhatikanlah apa yang dilakukan Nehemia: ia memperhatikan, meneliti dan menyelidiki keadaan tembok-tembok Yerusalem. Kata “menyelidiki dengan seksama” bukan sekedar melihat saja, tetapi sebenarnya ada unsur “meratapi” atau “bersyafaat”. Anda membutuhkan instruksi yang lebih jauh dari TUHAN akan apa yang harus anda lakukan selanjutnya dalam kenyataan kehidupan anda. Jika anda ditanami sesuatu, diberi suatu benih oleh TUHAN, benih itu harus diairi, harus dibawa ke hadapan TUHAN dalam doa, tanpa dikuasai oleh emosimu. Selalu ucapkan perkataan TUHAN. Sikap manusia roh ini seperti menyirami dan memberi pupuk kepada benih yang dari TUHAN. Biarkan saja, karena ada waktunya benih itu pasti akan bertumbuh dan berbuah. Percayalah TUHAN tidak pernah terlambat, pasti akan menggenapi apa yang DIA janjikan. AMIN.

Tidak ada komentar: