Senin, 06 Januari 2014

Menjadi Dewasa

Sun, Jan 5, 2014
Bapak Yoab


Sesuatu yang besar akan terjadi, sambar setiap kesempatan yang Tuhan beri. Ketika kita bisa sampar kairos itu maka kita akan diberkati luar biasa.

1 Korintus 13:11

Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak
-kanak itu.

Ketika tahun berganti otomatis usia kita bertambah. Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan. Pagi ini kita katakan menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa dalam rohani itu keharusan.

1. Harus meninggalkan cara berkata seperti kanak-kanak

Selalu kanak-kanak ketika berkata maka orang harus menuruti apa yang dia mau. Ketika seorang anak meminta dilihatkan sesuatu pada laptop dan proses loading lama maka dia akan menangis. Dia selalu maunya sak dek sak nyek. Kanak-kanak berusaha menuntut. Orang yang sudah tua belum tentu dewasa rohani. Dewasa rohani dilihat dari cara bicara. Orang yang selalu menuntut: mauku, ideku, aku, itu kanak-kanak. Kalau dibiarkan terus menerus bisa mengatur gereja. Bisa ngatur gereja nanti ujungnya ngatur gembala. Bisa ngatur gembala ujung-ujungnya ngatur Tuhan. Belajarlah jadi dewasa fokus kepada orang lain. Jangan fokus pada diri sendiri.

Tahun 2014 Pak Petrus Hadi dapat firman untuk bangun pasukan di desa-desa. Pak Yohanes berkata cover sampai jebol. Bagaimana dengan kita? Siap tidak? Kalau sudah merasa dewasa tanggalkan cara bicara seperti kanak-kanak. Mulai tertuju pada orang lain jangan mementingkan diri sendiri.

2. Harus meninggalkan cara merasa seperti kanak-kanak

Merasa kanak-kanak: mudah tersinggung. Orang kanak-kanak ketika tidak disapa/ dijenguk reaksinya marah, sakit hati. Pendekatan secara pribadi dampaknya luar biasa. Kebanyakan dari kita masih kanak-kanak sukanya mengasihi diri. Kita berfikir yang paling menderita hanya diri kita sendiri.

Kalau kita lihat Ayub sebelum dipulihkan, dia orang sial. Dalam 1 hari semua habis bahkan istrinya berkata kutukilah Tuhan. Ayub yang kayak gitu saja dipulihkan. Punyailah sikap positif, Tuhan itu baik. Jangan merasa kita yang paling menderita.

3. Harus meninggalkan cara berfikir seperti kanak-kanak
Kanak-kanak berfikir yang penting cuan/untung. Dapat untung dari orang lain tidak masalah, dari keluargapun tidak masalah. Tapi kalau sampai mencari untung dari orang yang melarah itu keterlaluan. Jangan bangga bisa beli HP, mobil, rumah dapat murah tapi dapat dari saudara kita yang lagi susah. Keterlaluan kalau sampai nekan-nekan orang yang tertindas.

Jangan sampai kita tertekan tapi malah berfikir kanak-kanak. Jawapos: Seorang bapak di Semarang usia 48 tahun. Ibu dan anaknya pergi berjualan makanan keliling. Sedangkan bapaknya dirumah ditinggali bayinya 2 tahun. Bapak tersebut adalah tukang adu ayam. Mungkin karena kalah adu ayam, akhirnya dia stress dan duduk nonton TV dirumah. Karena anaknya nangis terus akhirnya disiramlah dengan air mendidih, lanjut nonton TV kembali. Fikirnya dengan cara itu bayinya akan diam. Tapi anaknya semakin nangis. Begitu ibu dan anaknya pulang, dilihatnya melepuh. Bapaknya bilang ngambil teko dan tersiram. Dijawab begitu sambil nonton TV. Orang yang sedang oke pasti fresh tapi orang yang stress pasti sifat kekanak-kanakannya keluar.

Kita bisa terima apapun yang terjadi dengan positif itulah dewasa. Apapun yang kita hadapi kalau kerjakan dengan positif pasti kita tuai kemenangan. Janji Tuhan tidak pernah diingkari. Jadilah orang-orang yang dewasa. Rubah cara berkata, berasa dan berfikir. Biar nama Tuhan nyata dalam hidup kita.

Tidak ada komentar: