Rabu, 23 April 2014

Keputusan di Tangan Kita


Fri, Apr 18, 2014
Pdt. Petrus Hadi Santoso


Matius 27:11-19

Kita melihat sebuah pemandangan yang sangat aneh dimana Yesus dituduhkan banyak perkara. Ada banyak kita mengatakan kita adalah orang kristen. Ada banyak hal yang sudah kita ucapkan baik dalam doa, penyembahan, kata-kata. Pada waktu wali negeri tanya, Yesus menjawab. Tapi begitu tuduhan-ruduran itu dilontarkan, Yesus hanya diam. Banyak orang berkata kog doa kita tidak dijawab. Masalahnya adalah apa yang selama ini kita lontarkan kepada Tuhan? Kalau yang kita ucapkan adalah pengagungan Yesus Tuhan, Yesus Raja, maka Tuhan akan menjawab. Tapi pada waktu kita mengeluarkan tuduhan, omelan dan kata-kata yang tidak seharus kita ucapkan jangan-jangan itu menjadi kalimat yang membuat Yesus tidak jawab doa kita.

Antara Wali negeri dengan Yesus terjadi dialog. Tapi tentang tuduhan tidak ada jawaban. Kekuasaan wali negeri adalah dia bisa membebaskan orang yang diajukan bagi orang banyak untuk dilepaskan. Wali negeri/Pilatus bisa membebaskan siapapun kata orang. Pilatus ingin mendengar jawaban dari Yesus seperti apa atas tuduhan orang banyak. Kalau menurut logika itu kesempatan baik bagi Yesus untuk lepas. Tapi alkitab berbeda. Jangan sampai tiap hari kita doa dan doa itu tidak dijawab karena omongan kita yang tidak baik. Setiap perkataan harus kita pertanggungjawabkan.

Kita omongin orang lain sudah tidak baik apalagi omongin orang yang lebih tinggi rohaninya itu harus hati-hati. Lebih baik kita omongin firman daripada omongin orang lain. Kalau kita mengalami kejadian yang membuat kita menangis, sikap kita akan diuji. Yang terpenting dari paskah adalah bukan acara paskahnya, tapi kuasa paskah itu sendiri. Selama kekristenan kog kita tidak dengar suara Tuhan, jangan buru-buru salahkan Tuhan, haruslah kita instropeksi diri. Doa orang lain didengar, kenapa doa kita tidak? Harus instropeksi diri. Jangan mengkambing hitamkan dengan orang lain. Kalau hidup penuh caci maki, maka hidup akan lebih berat. Hidup dan mati dikuasai oleh lidah. Jangan pernah berfikir manusia sempurna, kita harus instropeksi diri.

Pilatus berhak/ punya keputusan besar. Ada 1 orang ketangkap karena sering membunuh, mencuri. Dan ada Seorang yang orang tahu Dia sering mujizat, menyembuhkan orang sakit. Logika pasti memilih Yesus Kristus. Tiap-tiap hari siapa yang kita bebaskan dalam hidup kita. Itu keputusan kita. Apakah kita dipengaruhi orang-orang? Kita bisa membebaskan Yesus Kristus untuk membereskan hidup kita. Atau memilih untuk membebaskan Barabas? Kita dirumah bisa belajar alkitab atau nonton TV itu tergantung kita. Kita buka komputer belajar bahasa ibrani atau nonton film porno, semua itu keputusan kita. Mau kudus, kusus sekalian. Mau bejat, bejat sekalian. Keputusan ditangan kita.

Orang lain pasti melihat hidup kita. Nekatnya hidup kita dilihat orang lain. Kalau kita inginkan orang lain maka kita harus tunjukkan hidup kita. Untuk mengisi cawan kebaikan, kita lakukan membagi berkat ke orang-orang miskin. Kita bisa santai-santai dirumah atau ikut ambil bagian, semua tergantung kita. Kita sering berfikir kalau kita punya uang, baru memberi maka itu tidak bisa. Tapi ketika dari keterbatasan kita bisa memberi maka nanti ketika kita kerkelimpahan kita bisa memberi lebih. Kita bisa ngucap syukur atau ngomel itu tergantung kita. Kita seperti pilatus mau bebaskan Yesus atau Barabas adalah haknya. Kalau kita bebaskan Yesus maka kutuk jadi berkat tapi kalau bebaskan barabas maka berkat bisa jadi kutuk.

Hari-hari ini orang akan melihat Tuhan dalam hidup kita. Hidup kita punya banyak kekurangan tapi paling tidak ada 1 hal yang membuat Tuhan suka. Ini waktu perkananan, jangan buang hidup kita. Jangan bebaskan Baranas tapi bebaskan Yesus. Pilatus sudah ditegur Tuhan melalui isterinya. Sebenarnya pilatus punya kesempatan.

Ayat 24
Kita sering merasa kita tidak bersalah
Yohanes 19:11
Dosa adalah ukuran. Yudas berdosa tapi Pilatus lebih berdosa.

Tidak ada komentar: